![]() |
Hasil rontgen QRA (02), Balita di Ketapang yang Kritis Ditabrak Motor.SUARALANDAK/SK |
Korban diduga ditabrak oleh seorang remaja pengendara motor jenis Yamaha Vixion yang diketahui masih di bawah umur. Mirisnya, baik korban maupun pelaku berasal dari keluarga kurang mampu. Pelaku disebut sebagai anak yatim yang juga hidup dalam keterbatasan ekonomi.
Ayah korban, Ali Syafarudin atau yang akrab disapa I’in, mengisahkan detik-detik menegangkan saat putrinya tertabrak. Ia menyebutkan bahwa kepala Qanisha terjepit di antara spakbor dan tatakan plat nomor kendaraan, sehingga proses evakuasi sangat sulit.
“Harus ditarik dengan hati-hati dari celah motor, kepala anak saya tersangkut. Kondisinya sangat parah waktu itu,” ujar I’in saat diwawancarai Suarakalbar.co.id di Pontianak, Kamis (3/7/2025).
Akibat insiden tersebut, Qanisha mengalami luka serius di kepala, pinggang, serta patah tulang pada bagian paha. Saat dibawa dari Ketapang ke Pontianak, sang anak sempat tak sadarkan diri karena mengalami pendarahan hebat.
“Darah keluar cukup banyak, sempat tidak sadar di perjalanan,” ungkapnya pilu.
Hasil pemeriksaan dokter spesialis menunjukkan adanya luka dalam di kepala korban, meski tidak sampai mengenai organ vital. Namun, kondisi kaki korban menjadi perhatian utama tim medis karena mengalami patah tulang paha dan harus segera dioperasi oleh dokter ortopedi.
“Korban juga mengalami luka robek dari dahi hingga belakang kepala, dan sudah dijahit dengan intensif,” jelas salah satu dokter penanganan.
Ironisnya, korban baru mendapatkan penanganan medis secara menyeluruh di siang hari keesokan harinya setelah dirujuk ke RS Umum Medika Djaya, Pontianak. Selama masa kritis tersebut, keluarga korban merasa kurang mendapat dukungan, baik dari keluarga pelaku maupun pihak desa.
“Kami malah disalahkan karena dianggap lalai membiarkan anak bermain. Padahal itu kawasan pemukiman, bukan jalan besar,” kata I’in kecewa.
Keluarga juga mengaku tidak ada satu pun pihak dari desa atau keluarga pelaku yang mendampingi mereka saat proses rujukan ke rumah sakit di Pontianak. Di tengah kondisi darurat, keluarga korban menghadapi tantangan besar dalam membiayai pengobatan, sementara kondisi ekonomi mereka sangat terbatas.
“Kami benar-benar kesulitan untuk biaya operasi dan perawatan. Kami hanya ingin anak kami diselamatkan,” tuturnya lirih.
Hingga saat ini, belum ada bentuk pertanggungjawaban yang konkret dari pihak pelaku. Keduanya sama-sama dari kalangan prasejahtera, menjadikan proses penyelesaian kasus ini semakin kompleks.
Ali Syafarudin berharap ada perhatian dari Pemerintah Kabupaten Ketapang serta uluran tangan dari masyarakat luas.
“Kami mohon bantuan dari siapa saja yang tergerak hatinya. Kami ingin Qanisha bisa sembuh, bisa bermain seperti anak-anak lainnya lagi,” pungkasnya penuh harap.
Kasus ini membuka mata banyak pihak akan pentingnya pengawasan terhadap pengendara di bawah umur serta perhatian yang lebih besar terhadap korban kecelakaan dari keluarga kurang mampu. Solidaritas dan kepedulian masyarakat kini sangat diharapkan untuk menyelamatkan masa depan seorang anak yang tengah berjuang untuk hidup.[SK]