|

Streaming Radio Suara Landak

Akibat Pandemi, Tiap Jam di AS, 400 Karyawan Hotel di-PHK

Banyak pekerja hotel dan tempat penginapan yang di PHK akibat sepinya jumlah penyewa kamar selama pandemi Covid-19 (foto: ilustrasi).

Suara Landak
- Dilansir dari VOA, akhir tahun adalah musim panen bagi bisnis penginapan. Namun pandemi virus corona malah memaksa semakin banyak hotel mem-PHK karyawan, bahkan menutup bisnis.

Sejak Maret, Arsyad Mahyudin termasuk 85 persen karyawan yang dirumahkan oleh St Regis Washington, DC, hotel mewah bersejarah, yang mulai beroperasi sejak 1926.

Ia berharap akhir tahun ini hotel-hotel di Washington DC, bisa kembali beroperasi karena, “Inagurasi untuk presiden kan orang-orang pada datang. Hotel-hotel bikin uang. Bisnis booming. Hotel bisa bikin duit untuk menutupi expenses bisnis mereka.”

Harapan Arsyad mungkin tidak akan tercapai. Hasil survei baru-baru ini terhadap 1.200 anggota American hotel and Lodging Association (AHLA) atau Asosiasi Hotel dan Penginapan Amerika menunjukkan 71 persen hotel tidak akan bertahan sampai enam bulan ke depan. Bahkan, dalam situsnya dikatakan, banyak hotel mungkin tidak bisa menginjak tahun 2021 kalau pemerintah tidak membantu.

AHLA juga memperingatkan, lebih dari separuh jumlah hotel (38.311 dari 57.180) akan tutup dan ribuan karyawan akan di-PHK, sementara hotel yang bertahan, akan terpaksa mem-PHK lebih banyak karyawan.

Semua jenis hotel terimbas, mulai dari hotel budget sampai hotel bintang lima. Hotel Roosevelt, hotel mewah bersejarah di pusat kota New York, menetapkan 18 Desember 2020 sebagai hari terakhir, setelah lebih dari 96 tahun, beroperasi. Hotel-hotel besar berjaringan: Hilton, Hyatt, dan MGM Resorts melaporkan kerugian yang signifikan pada triwulan ke tiga tahun ini.

Andriano Sumarno adalah direktur keuangan pada hotel di bawah bendera Hyatt. Lebih dari 90 persen karyawan dirumahkan dan ia tidak tahu kapan dipekerjakan lagi. Andriano dipertahankan tetapi gajinya dikurangi. Hotel, yang baru dibuka pada Januari 2020 itu, tutup pada Maret tetapi beroperasi lagi sejak Agustus walaupun menanggung kerugian.

Untuk beroperasi baik, menurut Andriano yang berkecimpung dalam perhotelan sejak 2003, kapasitas hotel harus terisi 35 persen. “Akhir-akhir ini kapasitas hotel kami di dalam hitungan belasan. Sampai sekarang. Ya harus legowo lah menerima kerugian,” tukasnya.

Dalam hotel berjaringan memungkinkan terjadi subsidi silang sehingga hotel tidak perlu tutup. Tetapi untuk hotel yang tidak berjaringan, sulit untuk tidak mengambil langkah drastis itu.

Namun, Dicky Sumarsono dari firma konsultasi dan manajemen hotel dan resor Azana, menyarankan agar jangan sampai menutup hotel. “Kalau sampai hotel tutup, haduh, itu nanti algoritmanya mati. Berhenti. (Untuk me)naikkannya lagi susah.”

Yang umum dilakukan pemilik hotel dan penginapan, baik di Indonesia maupun di Amerika, adalah menurunkan tarif sewa dan meningkatkan pelayanan. Kiat lain, memacu mesin pertumbuhan, dilakukan manajemen Azana sampai akhirnya kapasitas hotelnya kini di atas 50 persen.

Kiat sederhana diterapkan artis Nova Eliza. Ia memangkas tarif penginapannya sampai lebih dari 50 persen, cukup untuk biaya pemeliharaan. “Hanya menutup untuk operasional. Daripada kosong,” ujarnya.

Arif Budiyanto dari Tiket.com Bali dan Nusa Tenggara melihat langsung kesulitan pemilik bisnis penginapan dan prihatin karena banyak yang menutup bisnis mereka untuk sementara maupun selamanya akibat pandemi. Tetapi ia optimistis bisnis kembali ramai menjelang akhir tahun. Platform penjualan aneka tiket itu melakukan promosi, misalnya, tiket flexi hotel supaya pembeli bisa menginap di hotel kapan saja dan berlaku satu tahun.

Arif mengatakan, “Untuk men-trigger orang tetap bisa bepergian atau juga berlibur dengan harga yang memang cukup terjangkau.”

Membanting tarif untuk bertahan, tidak bisa dilakukan semua hotel. Andriano menjelaskan, tidak mungkin hotel bintang lima memasang taris hotel bintang dua, misalnya. Selain itu, semasa pandemi, semakin banyak biaya untuk pengelolaan kebersihan kamar dan demi memastikan diterapkannya protokol kesehatan.

Di Indonesia, 2.000 dari lebih 29.000 hotel tutup. Sementara banyak hotel kesulitan, Dicky dari Azana, yang bergerak dalam beragam hotel dari kelas melati sampai berbintang dan resor, malah bahagia karena setiap minggu dia justru siap meluncurkan satu hotel baru. “Bukan hanya survive. Kita bisa growing dan sekarang kita sudah masuk pada fase berikutnya yaitu actualizing untuk menyambut rebound bisnis hotel di tahun 2021,” katanya.

Imbas Pandemi, Tiap Jam di AS, 400 Karyawan Hotel di-PHK

Bangkit juga menjadi dambaan Arsyad, karyawan bagian banket. Namun, alasan sebenarnya ia sangat ingin segera kembali bekerja, ia khawatir akan PHK permanen mengingat usianya yang sudah lebih dari separuh abad. Kekhawatiran yang sama dirasakan 40 persen karyawan Hotel St. Regis yang sedang dirumahkan.

“Mudah-mudahan pandemik ini cepat berlalu ya. Dan kita, yang laid off di hotel, bisa kembali kerja normal lagi walaupun dalam situasi normal baru," harapnya. 


Sumber : VOA

Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini