Pontianak (Suara Landak) – Gubernur Kalimantan Barat, Ria Norsan, secara resmi membuka Musyawarah Besar (Mubes) Laskar Pemuda Melayu (LPM) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2025 yang digelar di Harris Hotel Pontianak, Minggu (7/12/2025). Kegiatan ini menjadi momentum konsolidasi organisasi pemuda Melayu dalam memperkuat persatuan dan peran strategis di Kalimantan Barat.
Gubernur Kalimantan Barat, Ria Norsan membuka secara resmi Musyawarah Besar Laskar Pemuda Melayu Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2025 di Harris Hotel Pontianak, Minggu (7/12/2025).SUARALANDAK/SK
Dalam sambutannya, Gubernur Ria Norsan mengajak seluruh kader LPM untuk menyatukan hati dan tekad demi kemajuan masyarakat Melayu di Kalbar. Ia juga membuka ruang dialog dan kolaborasi antara organisasi dengan pemerintah daerah.
“Mari kita bersama-sama satukan hati, satukan tekad untuk memajukan Melayu di Kalimantan Barat ini. Setelah bermusyawarah dan terbentuk kepengurusan, silakan beraudiensi dengan saya di kantor untuk membicarakan apa saja yang perlu didiskusikan demi kemajuan organisasi ini,” ujar Norsan.
Norsan menegaskan bahwa Kalimantan Barat memiliki banyak organisasi Melayu, seperti Laskar Pemuda Melayu, Persatuan Orang Melayu, Forum Komunikasi Pemuda Melayu (FKPM), dan organisasi lainnya. Namun, menurutnya, perbedaan nama organisasi tidak boleh menjadi pemicu perpecahan.
“Walaupun berbeda nama organisasi, tetap kita membawa marwah Melayu. Persatuan dan kesatuan harus kita tegakkan. Jangan sampai Melayu ini hilang ditelan zaman. Melayu tidak akan punah sampai kiamat,” tegasnya.
Ia kemudian mengibaratkan masyarakat Melayu agar tidak mudah terombang-ambing oleh situasi dan kepentingan tertentu.
“Jangan sampai Melayu ini seperti buih di tengah lautan, jumlahnya banyak tetapi mudah diombang-ambing ombak. Jadilah seperti karang di tengah lautan, walaupun diterpa ombak tetap teguh berdiri,” pesan Norsan.
Gubernur juga menyinggung peran penting Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalimantan Barat sebagai rumah besar adat Melayu. Ia menyebut Ketua MABM Kalbar, Prof. Hairil (Chairil), sebagai figur orang tua dan tempat berdiskusi bagi organisasi-organisasi Melayu.
“Pak Prof. Chairil itu adalah orang tua kita, tempat kita berdiskusi dan bertukar pikiran. Saya yakin sejak nenek moyang, Melayu ini tetap solid,” ujarnya.
Selain itu, Ria Norsan mengingatkan agar masyarakat, khususnya kader Laskar Pemuda Melayu, bijak menyikapi berbagai isu yang berkembang di media sosial. Ia meminta agar pemuda Melayu tidak mudah terpancing oleh provokasi yang dapat merusak persatuan.
“Jangan sampai kita terpancing. Mari kita jaga persatuan dan kesatuan, tidak hanya di internal Melayu, tetapi juga dengan suku-suku lain. Kalau semua suku di Kalimantan Barat bersatu, insya Allah akan mudah membangun Kalimantan Barat yang kita cintai ini,” pintanya.
Sebagai informasi, Laskar Pemuda Melayu (LPM) Kalimantan Barat merupakan organisasi kemasyarakatan modern yang aktif dalam isu-isu sosial, keamanan, dan pemberdayaan pemuda Melayu. LPM dikenal rutin menggelar dialog publik dengan berbagai pemangku kepentingan guna menjaga ketertiban masyarakat serta mendukung iklim investasi di daerah.
Dalam menjalankan perannya, LPM menjalin sinergi dengan berbagai pihak, antara lain Kepolisian Daerah Kalimantan Barat (Polda Kalbar), kejaksaan, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol), serta pelaku usaha dan perusahaan outsourcing.
Secara fundamental, LPM hadir sebagai representasi pemuda Melayu yang mengadvokasi identitas, nilai-nilai lokal, serta kepentingan masyarakat Kalimantan Barat, khususnya di Kota Pontianak, dengan tetap menempatkan persatuan, stabilitas daerah, dan pembangunan sebagai tujuan bersama.[SK]