|

Streaming Radio Suara Landak

Seniman Senegal Tingkatkan Kesadaran Mengenai Kekerasan terhadap Perempuan

Ilustrasi. Pelukis asal Senegal meningkatkan kesadaran masyarakat terkait kekerasan berbasis gender melalui lukisan. (Foto: VOA/Saltar Kakar)

Suara Landak
- Dilansir dari VOA, Diart, pelukis asal Senegal berusia 47 tahun yang hanya ingin diidentifikasikan dengan nama artisnya, adalah seorang penyintas kekerasan berbasis gender.

Ibu dua anak itu terlahir dengan disabilitas yang membuatnya sulit untuk melindungi diri dari kekerasan yang dilakukan suaminya sendiri.

Diart kemudian bercerai dan menggunakan lukisan-lukisan karyanya untuk menunjukkan sejumlah serangan dan stigma sosial terhadap perempuan yang dianiaya.

“Saya mengidentifikasikannya dengan lukisan-lukisan ini. Saya tidak mengambil dari penderitaan orang lain, tapi dari penderitaan saya sendiri. Saya coba mengungkapkannya di atas kanvas," kata Dart.

"Jadi, melalui kuas dan lukisan saya, sebagai seniman yang berkomitmen, sudah menjadi kewajiban saya untuk meningkatkan kesadaran melalui lukisan saya sendiri. Akan tetapi juga menjadi tugas saya untuk secara terbuka menyatakan tindakan itu salah atau jahat," paparnya.

Para aktivis menyatakan kekerasan berbasis gender secara global telah meningkat selama aturan pembatasan Covid-19 dan Senegal tidak terkecuali.

Aktivis Dede Didi menciptakan ‘Violence Against Women’ di Senegal setelah seorang teman dekat dibunuh oleh suaminya.

Selama lockdown Covid-19, situs Didi dibanjiri pesan-pesan dari kaum perempuan yang membutuhkan pertolongan.

“Semua kasus yang saya terima adalah ketika perempuan-perempuan itu diusir dari rumah oleh suami mereka untuk mempersulit hidup mereka, sebelum pemberlakuan jam malam," kata Didi.

Untuk meningkatkan kesadaran terhadap penganiayaan pada Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan tahun ini, pada 25 November lalu, Diart memamerkan karyanya di Dakar’s House of Urban Culture.

Lukisan-lukisan Diart itu tetap terpajang selama 16 Hari Aktivisme Melawan Kekerasan Berbasis Gender, sebuah kampanye internasional tahunan mulai dari 25 November hingga Hari Hak Asasi Manusia 10 Desember. 


Sumber : VOA

Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini