|

Streaming Radio Suara Landak

SDN 02 Ngabang Tak ada Pungutan, Hanya Diskomunikasi

Kepala SDN 02 Ngabang dan ortu murid klarfikasi
Ngabang (Suara Landak) – Kepala SD Negeri 02 Ngabang, Endang Selfafaunus mengklarifikasi tentang pemberitaan di media massa terkait orang tua murid komplain diminta pungutan.
Senin (31/7) orang tua murid yang membuat pernyataan di media massa dan wartawan melakukan pertemuan di ruang kepala sekolah dengan disaksikan beberapa dewan guru dari sekolah tersebut.

“Saya selaku kepala sekolah SDN 02 Ngabang berani bersumpah diatas injil yang saya imani kalau memang ada pungutan kami lakukan seperti yang diberitakan. Saya sangat memahami Permendikbud No.44 tahun 2012 tentang larangan pungutan biaya pendidikan pada sekolah dasar dan menangah,” ungkap Endang dalam pertanyaan tertulisnya.

Ia menceritakan kronologis, berawal dari keinginan orangbtua siswa kelas II  merasa ketakutan atau prihatin melihat ada lubang di dalam kelas anaknya yang membayakan keselamatan anak. Maka orang tua tersebut mempunyai keinginan  secara sukarela mau membantu menambalnya, lalu dikuti keinginan orang tua di kelas III yang juga menghendaki agar kelas anaknya bagus.

“Kamis mengakui bahwa kelas yang mereka tempati saat ini adalah eks SDN 25 kemudian menggabungkan menjadi SDN 02 Ngabang. Menanggapi keinginan orangbtua tersebut, saya sebagai kepala sekolah sangat berterima kasih  atas keinginna mereka mau membantu sekolah,” urai Endang.

Memang, lanjut Endang, padadasarnya disetiap kelas ada kelompok paguyuban orang tua kurid yang mareka tangani sendiri dalam hal membantu kelasnya masing-maisng. Agar tidak ada kesimpangsiuran, maka pihak sekolah mengadakan pertemuan khusus orang tua kelas II dan III terlebih dahulu. Sedangkan untuk kelas berikutnya menyusul, hasil rapat tersebut akan dibawa dalam pertemuan dengan pengurus komite sekolah, apakah keingingan diiyakan atau tidak oleh komite.

“Jadi, di dalam rapat tersebit pihak skeolah hanya memfasilitasi mereka, bahkan diawal pembicaraan saya selaku kepala sekolah yang didampingi wakil kepala sekolah dibidang humas, mengingatkan mereka jika mintya dana itu adalah pungli dan tidak dibearkan. Sehingga hasil pertemuan pada waktu itu belum ada kesimpulan apalagi mau menghimpun dana karena kami dari pihak sekolah memang melarang keras,” tegas Endang.

Endang lebih rinci menceritakan, saat rapat belum selesai ada orangbtua murid yang pada awalnya memberikan tanggapan sangat mendukung keinginan orang tua yang mau gotong rooyng, keluar dari ruang rapat dan memangil wartawan tanpa koordinasi dengan pihak skeolah dan memberikan penjelasan kepada wartawan yang intinya belum diketahui hasil akhir rapat tersebut.

“Sehingga apa yang termuat dalam media tersebut tidak sesuai dengan fakta yang ada. Kami dari pihak sekolah sangat dirugikan karena nama baik sekolah, tenaga pendidik dan orang tua murid yang sangat berantusias menyekolahkan anaknya di sekolah ini merasa tercoreng. Sehingga kami luruskan,” ungkapnya.

Disatu sisi, lanjut Endang, pihaknya mengharapkan perhatian terhadap SDN 02 Ngabang yang memang sudah patas direhap total, karena 12 lokal dari 18 lokal yang ada sudah tidak layak lagi, berantai papan dan atap seng yang sudah saatnya direhap total.

“Kami bermimpi agar sekolah tersebut dibuat bertingkat sehingga dibawahnya bisa untuk parkir, kantin sekolah dan aktivitas lainnya, mengingat lokasi sekolah sudah sempit,” eber Endang.

Puji Tuhan, lanjut Endang, pada tahun 2013 melalui dinas pendidikan dan kebudayaan Landak, SDN 02 Ngabang mendapat ruang kelas baru (RKB) sebanyak 6 lokal dan bertingkat yang notabenya gedung tersebut sebenarnya sebagai pengganto ruang kelas yang rusak.

“Karena kekurangan ruang belajar, maka edung lama masih kami pertahankan keberadaannya dan dalam waktu dekat  akan kami bongkar setelah berkoordinasi dengan pihak dinas terkait,” jelasnya.

Sementara itu, orang tua murid SDN 02 Ngabang atas nama Sunardi dan Marsianus, mengakui ada mis komunikasi saat pertemuan atau rapat.

“Karena sangat ramai para orang tua khususnya ibu-ibu sehingga tidak dengar yang duduk di belakang dan luar,  sehingga ada yang saling bertanya berapa iuran atau sumbangan. Maka, kami merasa prihatin agar sekolah diperhatikan pemerintah, kami panggil wartawan agar di ekspos,” ungkapnya.

Penulis    : Kundori
Editor     : Mimi
Disiarkan: Radio Suara Landak 98 fm.




Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini