Singkawang (Suara Landak) – Guru Bimbingan dan Konseling (BK) di Kota Singkawang kini bernafas lega. Beban administrasi yang selama ini menumpuk mulai teratasi berkat hadirnya Program Digital Well-Being: Digitalisasi Layanan BK untuk Mengurangi Burnout Guru BK, yang resmi dilaksanakan sepanjang Juli hingga September 2025.Guru BK SMP di Kota Singkawang saat mengikuti program Digital Well-Being di Singkawang belum lama ini.SUARALANDAK/SK
Program inovatif ini melibatkan 70 guru BK SMP/MTs di Kota Singkawang dan difokuskan pada penguatan kompetensi digital guna mengatasi kelelahan kerja (burnout) yang banyak dialami tenaga pendidik.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Pengabdian kepada Masyarakat Tahun Pendanaan 2025, yang didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Pelaksana program adalah tim dosen Institut Sains dan Bisnis Internasional (ISBI) Singkawang bekerja sama dengan Musyawarah Guru BK (MGBK) SMP/MTs Kota Singkawang di bawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Singkawang.
Ketua tim pelaksana, Insan Suwanto, S.Pd., M.Pd., menjelaskan bahwa program ini lahir dari keprihatinan atas tingginya tekanan administratif yang dihadapi guru BK.
“Kami ingin menghadirkan solusi praktis melalui digitalisasi layanan BK. Guru tidak hanya lebih terbantu secara administratif, tetapi juga memiliki strategi menjaga keseimbangan hidup dan kesehatan mental,” ujarnya.
Program ini terbagi ke dalam tiga fokus utama, yakni:
-
Pelatihan Aplikasi SI-BK untuk pencatatan konseling, pelaporan, dan layanan e-counseling;
-
Pelatihan digital self-care mencakup teknik mindfulness, manajemen waktu daring, hingga strategi mengurangi kelelahan digital;
-
Pelatihan komunikasi digital efektif yang menekankan etika konseling online dan perlindungan data siswa.
Ketua MGBK SMP/MTs Kota Singkawang, Sarmita, S.Pd., mengapresiasi program ini karena dampaknya terasa nyata di lapangan.
“Program ini benar-benar membantu guru BK menjadi lebih efisien, sehat secara mental, dan siap menghadapi tantangan digitalisasi pendidikan,” katanya.
Berdasarkan hasil evaluasi, rata-rata peningkatan kompetensi guru BK mencapai lebih dari 78 persen, menunjukkan efektivitas program dalam membangun kemampuan adaptasi terhadap teknologi digital tanpa meninggalkan nilai-nilai humanis dalam praktik layanan.
Perwakilan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Singkawang, Safari Hamzah, S.Ag., M.Si., turut memberikan dukungan penuh terhadap inisiatif ini.
“Transformasi layanan BK berbasis digital akan memperkuat kualitas pendidikan sekaligus menjaga kesehatan mental guru dan siswa,” ujarnya.
Dengan hasil yang menjanjikan, program Digital Well-Being ini diharapkan dapat direplikasi di sekolah-sekolah lain. Selain meningkatkan efisiensi kerja guru, langkah ini juga menjadi tonggak penting dalam menjaga keberlanjutan mutu pendidikan di Kota Singkawang dan sekitarnya.[SK]