![]() |
Dr. Budi Nugroho, Spesialis Anak di RSUD Soedarso, Pontianak.SUARALANDAK/SK |
Dr. Budi menyebutkan, pada bulan Agustus 2025 saja, RSUD Soedarso menangani sekitar 37 pasien campak yang harus dirawat inap. Sementara itu, pada awal September 2025, sudah ada 4 pasien baru yang masuk.
“Yang bulan Agustus kemarin, kalau di Soedarso saja ada sekitar 37 pasien dirawat. Itu belum termasuk yang tidak dirawat, karena kalau campak ringan biasanya tidak perlu rawat inap,” jelasnya.
Menurut Dr. Budi, peningkatan kasus tidak hanya terjadi di RSUD Soedarso, tetapi juga terpantau di sejumlah rumah sakit dan puskesmas lainnya di Kalimantan Barat. Kondisi ini disebutnya mirip dengan lonjakan kasus pada tahun 2002 silam.
“Di rumah sakit di luar RSUD Soedarso juga banyak, jadi memang ada peningkatan tajam angka kejadian penyakit campak,” ujarnya.
Ia menduga lonjakan kasus dipicu rendahnya kesadaran masyarakat untuk memberikan imunisasi campak pada anak. Berdasarkan data yang dihimpun, sekitar 90 persen pasien campak yang ditangani tidak pernah mendapatkan imunisasi.
“Hampir 90 persen pasien campak tidak diimunisasi. Ada juga sekitar 10 persen yang sudah imunisasi, tapi tidak lengkap. Padahal, imunisasi campak itu harus diberikan pada usia 9 bulan, 18 bulan, dan 6 tahun,” terang Dr. Budi.
Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa meskipun campak termasuk penyakit umum, komplikasinya bisa berbahaya. Infeksi campak dapat memicu penyakit lanjutan seperti pneumonia, diare, hingga ensefalitis.
Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat, khususnya para orang tua, untuk memastikan anak-anak mendapatkan imunisasi campak secara lengkap agar terlindungi dari risiko penyakit berbahaya tersebut.[SK]