Sejak diluncurkan pada tahun 2020, program Peat-IMPACTS berfokus pada upaya pengurangan emisi yang disebabkan oleh kebakaran dan pengeringan lahan gambut, melalui tata kelola yang lebih baik dan dukungan terhadap petani lokal. Program ini bertujuan menciptakan rantai pasokan yang berkelanjutan, serta mengedepankan tata kelola iklim yang adil dan efektif melalui mekanisme investasi bersama.
Dialog tersebut dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk tim Peat-IMPACTS, Ketua Tim Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal, Syarif Firdaus, perwakilan guru dari SD dan SMP di Kubu Raya, serta Tim Kerja Desa dan Petani Pelopor yang terlibat dalam program tersebut. Dialog ini tidak hanya menjadi ajang pertanggungjawaban, tetapi juga kesempatan bagi masyarakat desa dan para mitra untuk memberikan masukan terkait implementasi program.
Puji, seorang petani pelopor dari Desa Randak Dua, mengungkapkan manfaat besar yang telah dirasakan oleh komunitasnya berkat program Peat-IMPACTS. "Setelah ada sistem surjan ini, kami bisa menanam sayuran sendiri, jadi tidak perlu beli lagi," ujar Puji, yang berharap bahwa metode ini dapat terus meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Selama lima tahun terakhir, Peat-IMPACTS berhasil memperkuat kapasitas petani dalam menjaga kelestarian lahan gambut dan mengurangi risiko kebakaran. Hal ini sejalan dengan tujuan program dalam mendukung pengurangan emisi serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal melalui praktik pertanian yang ramah lingkungan.
Acara ini juga menjadi momen bagi program Peat-IMPACTS untuk berpamitan dari aktivitas yang telah dijalankan. Selain memperkuat kolaborasi antar pemangku kepentingan, dialog ini juga diharapkan menjadi pijakan bagi program serupa di masa depan dalam upaya menjaga lahan gambut yang berkelanjutan.
Kegiatan ini menegaskan pentingnya kerja sama lintas sektor dalam menjaga ekosistem lahan gambut Indonesia dan menciptakan solusi jangka panjang yang dapat dirasakan oleh masyarakat lokal, sekaligus berkontribusi pada upaya mitigasi perubahan iklim global. [SK]