-->
    |

Streaming Radio Suara Landak

Harga Minyak Kembali Terkoreksi, Permintaan Diprediksi Anjlok

Tangki penyimpanan minyak mentah terlihat dalam foto udara di Cushing, Oklahoma, AS, 21 April 2020. (Foto: REUTERS)
Suara Landak - Dilansir dari VOA, harga minyak dunia turun tipis pada Selasa (15/9/2020) karena adanya kekhawatiran atas permintaan bahan bakar global yang terus tertekan oleh pandemi virus corona. Sejumlah produsen minyak utama dunia juga memberikan peringatan atas prospek suram tersebut.

Kantor berita Reuters melaporkan harga minyak mentah Brent turun 4 sen, atau 0,1 persen, menjadi $ 39,57 per barel pada 0642 GMT, sementara minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) turun 2 sen, atau 0,1 persen, menjadi $ 37,24 per barel. Kedua kontrak berakhir sedikit lebih rendah pada hari sebelumnya.

Namun, kerugian dibatasi oleh sentimen menjelang pertemuan penting Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC +, pada akhir pekan ini. Mereka akan mengevaluasi komitmen anggotanya terkait kesepakatan pemotongan produksi yang ambisius untuk mengerek harga minyak.

“Sentimen di pasar minyak tetap suram karena prospek permintaan yang suram oleh produsen minyak, dan karena meningkatnya lagi kasus Covid-19 di banyak negara. Ini memicu kekhawatiran atas lambatnya kenaikan permintaan bahan bakar global,” kata kepala analis di Sunward Trading, Chiyoki Chen.

"Brent dan WTI kemungkinan akan bertahan antara $ 35 dan $ 40 per barel sampai permintaan AS untuk minyak pemanas mulai meningkat,” tambahnya.

Produsen dan pedagang minyak mentah memperkirakan masa depan minyak suram karena serangan pandemi yang mempengaruhi kondisi ekonomi global. OPEC telah memotong perkiraan permintaan minyaknya, dan perusahaan minyak Inggris BP mengatakan permintaan mungkin telah mencapai puncaknya pada 2019.

Permintaan minyak dunia akan turun 9,46 juta barel per hari (bph) tahun ini, kata OPEC dalam laporan bulanannya, lebih dari penurunan 9,06 juta barel per hari yang diperkirakan sebulan lalu. (VOA)
Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini