Mandor (Suara Landak) - Menyadari pentingnya melestarikan tradisi budaya sebagai identitas bangsa, Pelaksana Tugas Bupati Landak Herculanus Heriadi mengimbau masyarakatnya agar kearifan lokal seperti Naik Dango, Tradisi Matahatn terus dilestarikan dan dilaksanakan. Karena pada intinya tradisi tersebut menurutnya adalah penghormatan kepada Jubata atau Yang Maha Pencipta karena berkat melalui hasil panen bisa dinikmati setiap tahun. Hal tersebut disampaikannya ketika menghadiri Acara Adat Matahatn di Desa Kayu Tanam Kecamatan Mandor, Kamis (19/4).
Matahatn adalah adat ucapan syukur yang dilaksanakan sebelum melaksanakan panen raya dalam tradisi masyarakat Desa Kayu Tanam Kecamatan Mandor, Matahatn juga sebagai tradisi bepadah, (mengabarkan) kalau mau mulai memanen dan menaikan padi ke rumah.
"Tradisi luhur seperti ini harus terus dilaksanakan sebagai kearifan lokal karena merupakan juga identitas budaya kita sebagai orang Dayak." Ujar Heriadi.
Selain Matahatn, di Kabupaten Landak juga ada Acara Naik Dango sebagai wujud rasa syukur kepada Jubata atau Sang Pencipta atas hasil panen yang diperoleh setiap tahun.
Dijelaskan Heriadi, Padi memberi penghidupan bagi masyarakat Landak, termasuk bagi masyarakat Dayak. Oleh karena itu, mulai dari menanam, memanen, hingga menyimpan padi diatur sedemikian rupa menggunakan ritual adat yang disebut Naik Dango. Padi dipercaya memiliki semangat atau roh.
"Ritual itu juga sebagai bentuk rasa syukur kepada Nek Jubata (Sang Pencipta) atas hasil panen." pungkas Suami Anggota DPRD Provinsi Kalbar Dapil Landak Maria Lestari itu.
Penulis: Tim Liputan
Editor: Kundori