|

Streaming Radio Suara Landak

Upaya Kreatif Maskapai Ukraina Bertahan pada Masa Pandemi

Pesawat Boeing 737-800 milik maskapai penerbangan Ukraine International Airlines bersiap melakukan pendaratan di bandara Ferenc Liszt, Budapest, Hongaria, 26 Mei 2018. (Foto: Andras Soos / Handout via REUTERS).

Suara Landak
- Dilansir dari VOA, Warga Ukraina tidak harus berhenti menikmati pemandangan tempat-tempat wisata favorit mereka. Mereka bisa naik pesawat, dan menikmati atraksi wisata dari ketinggian sekitar 900 meter dari permukaan tanah.

Atraksi-atraksi itu termasuk sungai Dnipro, kota hantu Prypyat, pembangkit listrik terkenal Chernobyl dan bandara Gostomel yang konon menampung salah satu pesawat terbesar di dunia.

Mereka bisa naik pesawat pada pagi hari dan tiba kembali di bandara yang sama satu jam kemudian.

Memang bisnis wisata terbang yang satu ini tidak akan bisa menggantikan aliran pendapatan yang diperoleh maskapai-maskapai dari perjalanan internasional, namun ini merupakan salah satu solusi yang ditempuh maskapai penerbangan agar staf mereka tetap bekerja, mencegah semua pesawat dinonaktifkan secara permanen, dan mengingatkan para penumpang mengenai apa yang mereka rindukan selama pandemi.

Layanan baru ini dioperasikan oleh Ukraine Airlines International (UAI). Banyak penumpang antusias menyambut layanan tersebut, termasuk Olha Skubenko.

"Sayangnya, banyak negara tutup sekarang, jadi tidak mungkin untuk bepergian. Setidaknya, terbang di atas Kiev merupakan ide bagus. Itu menarik," jelasnya.

Maksym Shakhalov, seorang penikmat wisata terbang lainnya mengatakan, "Itu sangat menyenangkan dan lucu. Sayangnya, cuacanya tidak begitu bagus, dan kami tidak bisa melihat semua yang direncanakan. Tapi pilotnya sangat lucu dan menceritakan banyak cerita menarik. Itu semua membuat perjalanan kami menyenangkan."

Wakil Presiden Direktur Ukraine Airlines International Serhiy Fomenko mengakui layanan baru itu saja tidak akan membuat perusahaan tetap bertahan.

"Larangan total untuk mengoperasikan penerbangan penumpang merupakan pukulan yang sangat berat bagi industri penerbangan dan khususnya Ukraine International. Kami mengurangi operasi kami sebesar 76 persen dibandingkan dengan tahun 2019 dan kami terpaksa mengurangi armada kami dari 41 menjadi 28 pesawat. Kami terpaksa mengurangi tenaga kerja sekitar 900 orang. Ini adalah tantangan bagi kami untuk bertahan dan menyesuaikan diri,” jelasnya.

UAI bukan satu-satunya maskapai penerbangan yang mencari sumber pendapatan baru. SkyUp kini mengalihkan usahanya ke bisnis kargo.

CEO SkyUp Dmytro Seroukhov mengatakan, "Kami telah menjadi salah satu yang pertama di dunia yang melakukan konfigurasi ulang pesawat penumpang menjadi jet kargo dan kami menyediakan layanan pengiriman persediaan medis, yang sebagian besar adalah penerbangan dari China.

"Kami berfokus pada aktivitas ekonomi luar negeri kami dan berhasil menjalin banyak kontak. Ini memungkinkan kami untuk menyediakan banyak penerbangan evakuasi khusus untuk mengembalikan orang Ukraina ke Ukraina sementara perbatasan-perbatasan ditutup. Itu adalah pengalaman baru, kontak baru, dan peluang baru bagi kami dan sekarang kami melihatnya dengan lebih seksama. Kami menganalisis pasar baru," imbuhnya.

Seroukhov mengatakan, masih diperlukan waktu sedikitnya tiga tahun lagi untuk memulihkan industri penerbangan. Pendapatnya senada dengan yang disampaikan peneliti sekaligus ahli strategi transportasi Serhiy Vovk. 

Vovk mengatakan biaya-biaya baru yang dikenakan semasa pandemi mungkin akan menyurutkan keinginan banyak orang untuk berpergian.

“Kenyamanan bisnis penerbangan menurun karena prosedur penerbangan menjadi jauh lebih rumit. Kini harus ada kontrol suhu tubuh dan beberapa protokol baru. Untuk memungkinkan pengecekan suhu, peralatan baru diperlukan. Semua ini meningkatkan biaya bandara, yang ditanggung oleh maskapai penerbangan dan akibatnya membuat perjalanan udara menjadi lebih mahal. Pulihnya transportasi udara tidak mungkin terjadi sebelum 2023 hingga 2024,” imbuhnya.

Laporan Januari 2021 dari Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) mengungkapkan lalu lintas penumpang turun pada Januari sebesar 72 persen dibandingkan dengan Januari 2019.

IATA mengatakan kerugian global industri penerbangan pada tahun 2020 mencapai 188 miliar dolar. Angka itu hampir tujuh puluh persen turun dari tingkat prapandemi pada 2019.

Sumber : VOA

Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini