Ngabang (Suara Landak) - Keluarga besar pasangan dr. Adhy Nugroho dan dr. Karolin Margret Natasa menggelar ritual Ruwatan bagi dua anak mereka, Jorel Sandika dan Jacqueline Oriana, sebagai upaya melestarikan budaya Jawa di Kalimantan Barat.
"Ritual ini penting bagi kami untuk dilakukan, guna mempertahankan adat dan istiadat budaya Jawa di Kalimantan Barat," kata dr. Adhy yang bergelar Kanjeng Mas Temenggung dr. Adhy Nugroho itu di Ngabang, Sabtu (12/5).
Menurutnya, jika tidak melakukan tradisi ini, masyarakat Jawa mempercayai, anak mereka akan mendapatkan kesialan dan kesakitan.
"Untuk itu kita melakukan ritual ruwatan untuk membersihkan mereka dan menghindari hal-hal tadi," tuturnya.
Seperti di ketahui, upacara Ruwatan yang diselenggarakan oleh masyarakat Jawa tidak terlepaskan dengan gelaran wayang kulit yang mengangkat cerita tentang Murwakala dan Sudamala.
Dalam sajiannya wayang kulit dimaksudkan untuk mengusir roh jahat yang berada di dalam tubuh seseorang yang diruwat, mantra-mantra diucapkan oleh dalang pada waktu ia menggelar cerita wayang kulit Murwkala dan Sudamala. Di dalam wayang kulit terdapat makna yang dikandung arti kehidupan yang sangat mendasar.
Arti penting dalam kaitannya dengan wayang ialah masyarakat Jawa sering mengaitkan antara peristiwa yang terjadi di dalam dunia wayang dengan dunia nyata. Hakekat wayang adalah bayangan dunia nyata, yang didalamnya terdapat makhluk ciptaan Tuhan.
Ditempat yang sama, Karolin yang bergelar Kanjeng Mas Temanggung Karolin Margret Natasa Ningtyas ini menambahkan, keluarga mereka sengaja mempertahankan budaya ini agar anak-anak mereka tidak melupakan akar budayanya.
"Jadi, walau pun saya berasal dari suku Dayak, namun suami saya adalah Jawa asli dan kami berdua berusaha keras untuk terus melestarikan budaya kami, berikut budaya dari suku lainnya karena budaya ini merupakan warisan leluhur yang sangat berharga nilainya bagi generasi penerus kita," jelasnya.
Menurutnya, di Indonesia ada banyak suku, namun meski pun berbeda, itulah ciri khas Indonesia, karena tanpa suku
- suku ini tidak akan ada Indonesia.
"Kita harapkan tidak hanya masyarakat Jawa yang mempertahankan nilai budayanya, tetapi juga masyarakat," pungkas Karolin.
Penulis: Tim Liputan
Editor: Kundori