![]() |
Seluruh Wilayah Kalbar Terdeteksi Sangat Mudah Terbakar.SUARALANDAK/SK |
Ketua Satgas Informasi BPBD Kalbar, Daniel, menjelaskan bahwa musim kemarau tahun ini diprediksi berlangsung secara bertahap mulai April hingga September, dengan puncak kemarau jatuh pada periode Juni hingga Agustus 2025.
“Berdasarkan analisis BMKG, beberapa wilayah di Indonesia termasuk Kalimantan akan mengalami peningkatan risiko karhutla mulai Juni, dan meluas pada Juli hingga September 2025,” ujar Daniel, Rabu (2/7/2025).
Daniel menambahkan, berdasarkan data historis tahun 2024, sebanyak 271 titik panas (hotspot) terdeteksi di Kalimantan Barat, dengan Kabupaten Sanggau dan Kubu Raya menjadi wilayah paling rawan.
Untuk awal Juli 2025, kondisi diperkirakan semakin mengkhawatirkan, khususnya pada tanggal 2 dan 3 Juli, di mana mayoritas wilayah Kalbar berada dalam kategori “sangat mudah terbakar”.
“Wilayah dengan tingkat kemudahan terbakar tinggi di antaranya Ketapang, Kubu Raya, Mempawah, dan sebagian besar Pontianak. Masyarakat di daerah ini diimbau untuk tidak melakukan aktivitas pembakaran terbuka dalam bentuk apa pun,” tegasnya.
BPBD mencatat, periode 2 hingga 8 Juli 2025 menjadi masa krusial dengan status waspada karhutla untuk sebagian besar wilayah Kalbar. Upaya mitigasi dini kini tengah diintensifkan oleh petugas lapangan, termasuk patroli terpadu dan penyuluhan masyarakat.
“Kami mengimbau agar masyarakat tidak membakar lahan untuk pembukaan kebun atau keperluan lainnya. Satu percikan api bisa membakar ratusan hektare lahan dalam hitungan jam,” kata Daniel.
Selain itu, masyarakat diminta untuk segera melaporkan apabila menemukan titik api atau aktivitas mencurigakan yang berpotensi memicu kebakaran hutan dan lahan.
BPBD Provinsi Kalbar bekerja sama dengan instansi terkait seperti TNI, Polri, Manggala Agni, dan pemerintah kabupaten/kota untuk meningkatkan kesiapsiagaan, termasuk melalui penguatan posko siaga karhutla, kesiapan alat pemadam, serta pemantauan harian terhadap titik panas menggunakan data satelit.
“Kerja sama lintas sektor sangat penting, termasuk keterlibatan masyarakat dalam deteksi dini dan pencegahan. Kita semua memiliki tanggung jawab menjaga lingkungan dan mencegah kerusakan akibat karhutla,” pungkas Daniel.[SK]