-->
    |

Streaming Radio Suara Landak

Sungai Landak jadi "Kopi Susu"

Sungai Landak yang sudah tercemar
KOPI susu, tempat sampah atau jamban umum, itulah komentar para warga yang bermukim di sungai Landak tentang sungai Landak. Padahal sekitar tahun 80-an air sungai yang mengalir di wilayah kabupaten Landak masih dapat dipergunakan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari seperti mandi, mencuci pakaian dan lain-lain.

Namun seiring berjalannya waktu dengan maraknya pembukaan perkebunan kelapa sawit, keberadaan penambang emas tanpa ijin (PETI) di hulu sungai serta diperburuk dengan kebiasaan warga yang masih membuang sampah ke sungai mengakibatkan air sungai Landak  sudah tidak seperti dulu lagi.

Saat ini warna air sungai Landak sudah tidak jernih lagi melainkan sudah seperti kopi susu dengan tingkat pencemaran yang tinggi dan dipenuhi sampah baik yang hanyut dibawa arus mau pun yang dibuang oleh warga.

Menurut warga dusun Pulau Bendu desa Hilir Tengah dan dusun Raiy desa Raja kecamatan Ngabang, tingkat pemcemaran air di sungai Landak sudah di atas ambang batas.

Hal ini dapat dibuktikan jika setelah mandi di sungai untuk orang yang belum biasa maka akan mengalami gatal-gatal di seluruh bagian tubuh, karena itu warga dusun Rai yang bertempat tinggal di bantaran sungai Landak tidak lagi menggunakan air sungai Landak untuk Mandi Cuci Kakus (MCK). Sementara warga dusun Pulau Bendu desa Hilir Tengah masih menggunakan air sungai Landak untuk MCK.

Saat ditemui di kediamanya Alfian warga dusun Pulau Bendu mengatakan  beberapa tahun lalu kondisi sungai sempat jernih semenjak adanya aktivitas penambangan dan aktivitas perkebunan di hulu sana.

Pria paruh baya yang pada saat itu mengenakan kemeja batik menjelaskan akibat semua aktivitas di perhuluan sungai Landak.

 “Maka air sungai landak pada saat ini tidak memungkinkan lagi untuk digunakan untuk kebutuhan sehari-hari karena sudah keruh sekali,”ujarnya.

Masyrakat Ngabang khususnya yang tinggal dibantaran sungai sangat berharap pemerintah kabupaten landak bersama aparat keamanan TNI POLRI dapat menertibkan para penambang liar dan pemilik ijin galian C yang menambang pasir dan batu di hulu sungai Landak.

Hal serupa juga disampaikan Noldy warga Desa Hilir Tengah dengan wajah penuh harapan dia berkata, "Harapan kami yang terbesar adalah peran aktif pemerintah daerah,” ucapnya.

Noldy sangat berharap pemerintah harus berperan lebih aktif. Ketika ditanya penyebab sungai Landak menjadi kotor dan tercemar dia menjawab dengan lugas, penyebab air keruh itukan adanya PETI di perhuluan sungai Landak di sepenjang sungai landak khususnya. Tidak sependapat seperti Alfian tadi yang semata menyalahkan aktivitas di perhuluan.

"Kita berharap agar penertiban itu jangan hanya setengah setengah, disamping itu juga kerja sama masyarakat,”ungkap Noldy dengan nada ajakan.

Warga lain adalah Patador warga dusun Raiy Desa Raja yang memang rumahnya berada di tepian sungai Landak. Saat ditanya keadaan sungai Landak jika dibandingkan dengan dulu dia menjawab dengan santai. "Kalau dilihat dari warnanya saja sudah kelihatan bagaimana kondisi sungai landak pada saat ini, "katanyabsambil menunjuk ke arah sungai.

Pria berjenggot itu juga khawatir akan bahaya zat mercuri yang digunakan penambang. Belum lagi kandungan raksa yang sangat membahayakan kesehatan tubuh.
"Kalau sudah mandi ke sungai pasti gatal-gatal di seluruh bagian tubuh,"ungkapnya.

Lebih jauh warga juga berharap pemerintah menyediakan fasilitas air bersih untuk warga   yang pada saat ini tidak bisa menggunakan air sungai untuk MCK.

Penulis: Rizki Mahardika Tullahwi
Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini