![]() |
Warga Diminta Jangan Bakar Lahan.SUARALANDAK/SK |
“Apabila melihat tanda-tanda kebakaran, segera laporkan kepada kepolisian terdekat, Bhabinkamtibmas, atau pemerintah desa. Kewaspadaan kita bersama sangat menentukan,” tegas Kapolres Harris dalam keterangannya, Kamis (31/7/2025).
Kapolres menambahkan, saat ini jajaran Polres Melawi bersama seluruh Polsek di wilayah hukum Melawi aktif melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat. Edukasi disampaikan melalui spanduk dan dialog dari rumah ke rumah, utamanya di daerah rawan karhutla.
Menurutnya, sebagian besar wilayah Melawi dalam beberapa minggu terakhir jarang diguyur hujan. Kondisi ini menjadikan lahan-lahan gambut dan semak menjadi sangat rentan terhadap percikan api, baik yang berasal dari aktivitas manusia maupun faktor alamiah.
Peringatan senada juga disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam Rapat Koordinasi Nasional Penanganan Karhutla bersama BNPB secara daring, Rabu (30/7/2025). Kepala BMKG menegaskan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Kalimantan Barat, kini berada dalam masa krusial karena curah hujan yang sangat rendah.
“Puncak kemarau diperkirakan terjadi sepanjang Agustus 2025. Berdasarkan analisis Fire Danger Rating System (FDRS), mayoritas wilayah Kalimantan Barat berada pada zona merah artinya lahan sangat mudah terbakar,” ujar Kepala BMKG.
Meski sempat dilakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) pada pekan lalu, hujan yang terjadi tidak cukup signifikan untuk menekan potensi karhutla dalam jangka panjang.
“Warna merah pada peta FDRS kembali muncul. Itu tandanya efek OMC sudah mereda dan cuaca kering kembali mendominasi,” tambahnya.
Citra prakiraan harian menunjukkan bahwa potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah-wilayah kritis seperti Kalbar, Riau, Jambi, dan Sumsel tergolong sangat rendah, yang ditandai dengan dominasi warna kuning dan oranye.
Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, dalam kesempatan yang sama menyampaikan apresiasi terhadap sinergi BMKG dan BNPB dalam pelaksanaan OMC yang berbasis data presisi.
“OMC kita saat ini jauh lebih canggih. Tapi keberhasilannya sangat bergantung pada ketepatan waktu dan lokasi. Ini bukan hanya soal menyemai garam, tapi tentang membaca cuaca dengan cermat,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa kerja sama antar lembaga menjadi kunci dalam mencegah karhutla secara masif, terutama di kawasan-kawasan terpencil yang sulit dijangkau darat.
Dengan meningkatnya risiko karhutla di Kalimantan Barat, kolaborasi seluruh pihak pemerintah, aparat, dan masyarakat diperlukan untuk mencegah bencana ekologis yang berulang setiap musim kemarau.
"Kita tidak bisa mengandalkan satu pihak saja. Kesadaran kolektif dan gotong royong adalah benteng terbaik kita dari ancaman karhutla," tutup Kapolres Melawi.[SK]