Polemik Siswa Menangis Saat Pembagian Rapor, Kepala MTsS Al-Raudhatul Islamiyah Akui Video Adalah Kesalahan

  

Rohana Ketua Mts yang sempat viral beberapa eaktu yang lalu usai mediasi bersama, Bupati Kubu Raya, Kemenag, dan Orang tua siswa.SUARALANDAK/SK

Kubu Raya (Suara Landak) – Polemik video viral yang memperlihatkan seorang siswa menangis saat pembagian rapor di MTsS Al-Raudhatul Islamiyah, Kubu Raya, akibat persoalan Lembar Kerja Siswa (LKS) akhirnya mendapat tanggapan resmi dari pihak sekolah. Kepala Madrasah, Rohana, secara terbuka mengakui bahwa perekaman dan penyebaran video tersebut adalah tindakan yang keliru dan tidak seharusnya dilakukan.

“Saya akui video itu memang tidak benar dan salah. Awalnya saya tidak meminta itu dikirim ke orang tua. Tapi karena orang tua sering tidak hadir saat pembagian rapor, ada pertimbangan dari teman-teman untuk merekam,” ujar Rohana saat dikonfirmasi pada Rabu (23/07/2025).

Rohana menjelaskan bahwa permasalahan sebenarnya berakar dari ketidakhadiran orang tua siswa saat momen pembagian rapor. Hal ini disebut sebagai persoalan berulang yang terjadi setiap semester.

“Kami sering kesulitan meminta orang tua hadir. Sudah diundang resmi, tapi tetap tidak datang. Setelah beberapa minggu berlalu, baru mereka datang. Kami bahkan harus terus menghubungi lewat WA,” ungkapnya.

Untuk semester ini, pihak sekolah mengaku telah mengundang orang tua pada 20 Juni 2025, namun tidak mendapat tanggapan. Upaya lanjutan dilakukan oleh wali kelas pada 14 Juli 2025, namun tetap tidak ada kehadiran dari orang tua.

Lebih lanjut, Rohana memaparkan kronologi kejadian. Pada Jumat, 18 Juli, siswa yang bersangkutan sudah kembali masuk sekolah dan mengikuti kegiatan belajar mengajar. Saat ditanya oleh wali kelas terkait status kelulusan, siswa mengaku belum melihat rapornya secara langsung.

“Karena belum melihat rapor, wali kelas bertanya, ‘dari mana tahu kamu naik kelas?’ Karena tidak ada bukti kelulusan, kami arahkan dia kembali mengikuti kegiatan di kelas 8,” jelas Rohana.

Pernyataan ini menjadi bagian penting dalam upaya klarifikasi pihak sekolah terhadap informasi yang beredar di media sosial, terutama narasi bahwa siswa tersebut dipermalukan karena tidak membayar LKS. Pihak sekolah menegaskan, persoalan utama adalah administrasi rapor dan komunikasi dengan orang tua siswa.

Meski telah mendapat perhatian luas dari publik, pihak madrasah berharap agar persoalan ini bisa diselesaikan secara bijak dan kekeluargaan, tanpa menimbulkan stigma berkepanjangan terhadap institusi pendidikan dan para guru yang terlibat.[SK]