![]() |
Gedung Perpustakaan Provinsi Kalimantan Barat.SUARALANDAK/SK |
Pemilik akun bernama Ibnu Hajar menceritakan bahwa saat mengunjungi perpustakaan bersama dua anaknya sekitar pukul 10.30 WIB, ia merasa diperlakukan kurang sopan oleh salah satu petugas di lobi.
“Tak ada sedikitpun keramahan, tidak ada senyum. Bahasanya mengintimidasi, hanya karena menyuruh isi data pengunjung di laptop dengan nada memaksa,” tulis Ibnu dalam unggahannya.
Menurut Ibnu, suasana perpustakaan saat itu cukup sepi, dan ia mengaku sempat menegur petugas yang terlihat terburu-buru saat meminta pengisian data.
“Padahal ada antrian dua orang di depan saya. Petugasnya setengah emosi, sampai saya bilang, ‘Sabar pak’, karena kami juga masih menunggu giliran,” tambahnya.
Ibnu juga menyampaikan keberatannya terkait kebijakan penahanan KTP asli oleh petugas sebelum memasuki area perpustakaan. Ia mengaku tidak mendapatkan penjelasan yang memadai tentang alasan penahanan tersebut.
“KTP saya diminta untuk ditahan tanpa penjelasan logis. Katanya semua juga begitu, sambil menunjuk tumpukan KTP milik pengunjung lain,” jelasnya.
Ia juga menyoroti aspek privasi data yang menurutnya tidak dijelaskan secara jelas oleh petugas, bahkan saat dirinya mempertanyakan bagaimana keamanan penyimpanan KTP tersebut.
“Saat saya tanya soal jaminan keamanannya, petugas malah diam dan tidak menjawab,” tulisnya.
Ibnu mengaku hendak memberikan saran secara langsung di lokasi. Namun, menurutnya tidak tersedia lembar masukan bagi pengunjung, hanya kotak saran yang kosong tanpa kertas tulis. Saat ia mencoba menyampaikan kritik, respons petugas pun dianggap tidak bersahabat.
“Malah saya ditantang untuk menyampaikan keluhan ke Instagram perpustakaan, dengan nada meremehkan,” ujarnya kesal.
Akibat pengalaman tersebut, Ibnu memutuskan untuk tidak melanjutkan aktivitas membaca bersama anak-anaknya di perpustakaan.
Ibnu menyampaikan bahwa ia telah menghubungi pihak Perpustakaan Provinsi Kalbar melalui layanan WhatsApp untuk mengadukan kejadian tersebut. Ia pun telah menerima permohonan maaf secara resmi atas pelayanan yang dianggap tidak menyenangkan.
“Saya sudah sampaikan ke pihak perpustakaan dan mereka minta maaf. Tapi harapan saya, ke depan pelayanannya bisa lebih ramah, layaknya tempat pendidikan dan literasi,” tulisnya dalam unggahan lanjutan.
Sebagai penutup, Ibnu menyarankan agar Perpustakaan Provinsi Kalbar dapat belajar dari pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan kota yang menurutnya lebih responsif terhadap pengunjung.
“Tolonglah, perpus provinsi pelayanannya belajar sama perpus kota. Colek Pak Gubernur Ria Norsan,” ungkapnya.
Insiden ini menjadi catatan penting bagi pengelola layanan publik, khususnya institusi literasi seperti perpustakaan, untuk meningkatkan kualitas pelayanan, menghadirkan keramahan, dan memperhatikan hak serta kenyamanan pengunjung, termasuk dalam hal perlindungan data pribadi.[SK]