Dalam pemaparannya, Helmi menyampaikan bahwa berdasarkan Jurnal Top Documentary Films (2023), hampir 50% populasi dunia saat ini tinggal di perkotaan. Angka ini diprediksi melonjak menjadi 70% pada 2050. Urbanisasi yang masif ini, menurut Helmi, memberikan tekanan besar pada sistem perkotaan dan infrastruktur.
“Perkotaan yang efisien memerlukan pemanfaatan lahan yang baik. Ruang terbuka publik adalah indikator penting kualitas hidup masyarakat perkotaan. Ruang ini tidak hanya menjadi tempat aktivitas masyarakat, tetapi juga mengurangi risiko kekumuhan akibat urbanisasi yang tidak terkendali,” ujar Helmi.
Pemanfaatan Eks Bandara Susilo
Helmi menyoroti aset Eks Bandara Susilo yang kini dimiliki Pemkab Sintang sebagai potensi besar untuk penataan ruang terbuka publik. Kawasan yang berada di pusat kota Sintang ini memiliki tingkat interaksi sosial yang tinggi, namun minim kenyamanan dan keamanan bagi masyarakat.
Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Sintang berencana mengubah kawasan ini menjadi ruang terbuka publik yang representatif. Salah satu elemen utama di kawasan ini adalah pembangunan Monumen Garuda sebagai ikon baru kota Sintang.
“Monumen Garuda ini bukan sekadar simbol, tetapi juga pengingat kolektif akan peran besar tanah Senentang dalam sejarah pembentukan lambang negara Republik Indonesia,” jelas Helmi.
Pembangunan Monumen Garuda direncanakan dilakukan oleh kepala daerah terpilih mendatang. Saat ini, Pemkab Sintang sedang menyelenggarakan sayembara desain untuk monumen tersebut, yang diharapkan mampu merepresentasikan nilai-nilai sejarah dan budaya lokal.
Ruang Terbuka Publik sebagai Solusi Urbanisasi
Helmi menekankan pentingnya ruang terbuka publik untuk menciptakan kota yang layak huni. “Ruang terbuka publik akan menjadi solusi atas tantangan urbanisasi, memberikan masyarakat tempat yang aman, nyaman, dan mencerminkan identitas daerah,” tambahnya.
Dialog interaktif ini menjadi langkah awal Pemkab Sintang untuk merumuskan gagasan bersama lintas sektor dalam mengembangkan kawasan perkotaan yang berdaya saing dan berkelanjutan.
Dengan visi tersebut, Sintang diharapkan menjadi contoh kota yang mampu mengelola urbanisasi secara bijak sekaligus memperkuat karakter lokal melalui pembangunan ruang terbuka publik yang inovatif dan bermakna. [SK]