Kapuas Hulu (Suara Landak) - Tim dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengadakan visitasi ke Desa Wisata Batu Lintang, Kecamatan Embaloh Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu, sebagai bagian dari penilaian Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024. Desa ini berhasil masuk dalam 50 besar desa wisata terbaik di Indonesia. Visitasi dipimpin langsung oleh Florida Pardosi, Direktur Tata Kelola Destinasi, bersama dewan juri Sugeng Handoko dan Reza Permadi, serta disambut oleh berbagai unsur pemerintah setempat.
Raymon Dosermang, Kepala Desa Batu Lintang, dalam laporannya memaparkan sejarah perjuangan panjang desanya hingga diakui secara nasional. Ia menjelaskan, pada tahun 1970-an desa ini berjuang mempertahankan wilayah adat dari ancaman perusahaan konsesi. Masyarakat secara kompak menolak kehadiran perusahaan dan memulai proses pemetaan wilayah adat secara partisipatif, yang akhirnya berujung pada pengakuan formal wilayah adat pada 1998.
“Wilayah adat ini adalah amanah leluhur yang kami jaga untuk masa depan anak cucu kami,” ujar Raymon. Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, desa ini telah meraih berbagai penghargaan, termasuk sertifikat Ekolabel dari Kementerian Kehutanan pada tahun 2008 dan penghargaan Kalpataru atas kontribusi penyelamatan lingkungan.
Desa Batu Lintang memiliki kekayaan alam dan budaya yang luar biasa. Dua dusunnya, yaitu Dusun Sungai Utik dan Dusun Pulan, dikenal sebagai pusat wisata alam dan budaya. Pengunjung dapat menjelajahi hutan, mengamati burung, termasuk burung rangkong, serta menikmati kehidupan adat yang masih terjaga. Filosofi masyarakat yang menganggap hutan sebagai "bapak," tanah sebagai "ibu," dan sungai sebagai "darah" menunjukkan betapa eratnya keterikatan mereka dengan alam.
Dalam sambutannya, Florida Pardosi memberikan apresiasi kepada Desa Batu Lintang dan mengingatkan pentingnya menjaga kelestarian budaya dan alam. “Kami hadir di sini bukan hanya untuk selebrasi, tetapi untuk mendorong desa ini naik kelas,” katanya. Florida juga menekankan bahwa kekuatan Desa Batu Lintang terletak pada resiliensinya dalam menjaga adat dan alam yang menjadi bagian integral dari pengembangan desa wisata.
Desa Wisata Batu Lintang, dengan dukungan dari masyarakat dan pemerintah, terus berkomitmen untuk melestarikan kearifan lokal dan memperkuat posisinya sebagai salah satu destinasi wisata hijau berkelas dunia.
Kekayaan Alam dan Budaya Desa Batu Lintang
Desa ini memiliki kekayaan alam yang menjadi rumah bagi satwa langka seperti Burung Kuau Raja, Rangkong Gading, dan berbagai spesies burung lainnya. Hutan adat yang dijaga masyarakat pun menjadi habitat tumbuhan langka, termasuk penemuan baru anggrek Bulbophyllum sungaiutikense. Selain itu, seni kerajinan etnik seperti anyaman, ukiran, dan tato tradisional menjadi daya tarik budaya yang memikat wisatawan domestik maupun mancanegara.
Dengan segala potensi dan upayanya, Desa Wisata Batu Lintang diharapkan dapat meraih prestasi terbaik dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia 2024, dan semakin dikenal di kancah internasional. [SK]