Pontianak (Suara Landak) – Deretan mural berwarna-warni kini menghiasi dinding Taman Budaya Kalimantan Barat, mencuri perhatian pengunjung dan masyarakat. Lukisan-lukisan ini merupakan karya peserta Lomba Mural Semarak Taman Budaya 2025, yang pemenangnya diumumkan pada Minggu malam (18/5/2025).Lukisan Mural Ibu menggendong anaknya dalam budaya Suku Dayak yang sudah jarang terlihat menjadi pemenang lomba mural dalam Semarak Taman Budaya 2025.SUARALANDAK/SK
Keluar sebagai pemenang utama, Doan dan rekannya menampilkan mural yang menggugah: seorang wanita Dayak menggendong anak, lengkap dengan ciri khas telinga panjang akibat pemakaian anting tradisional. Karya ini tak hanya memukau secara visual, namun juga kuat dalam menyampaikan pesan budaya yang kian terpinggirkan di era modern.
“Kami ingin mengangkat budaya Dayak yang sudah jarang terlihat. Ini budaya yang punya nilai tinggi dan penting untuk terus dikenalkan,” ujar Doan, usai penyerahan penghargaan.
Salah satu juri lomba, Puji Rahayu, mengungkapkan bahwa dalam penilaian mural, bukan hanya keindahan gambar yang dinilai, tetapi makna dan pesan yang disampaikan kepada publik juga menjadi poin penting.
“Mural adalah karya kompleks. Harus ada pusat karya dan pesan kuat yang ingin disampaikan. Ketika masyarakat tak bisa lagi melihat tradisi itu secara langsung, mereka bisa mengenalnya lewat mural,” jelas Puji.
Ia juga menyoroti kecenderungan para seniman yang masih terpaku pada bentuk realis dan narasi umum seperti Tidayu (Tionghoa, Dayak, Melayu), tanpa menghadirkan kekhasan visual yang unik dan menggugah.
“Dengan teknologi dan perkembangan seni saat ini, mural seharusnya bisa lebih variatif. Tak harus cantik, tapi harus menggugah, membekas di benak publik,” tambahnya.
Lomba mural ini merupakan bagian dari rangkaian Semarak Taman Budaya 2025, yang diinisiasi untuk membuka ruang lebih luas bagi seniman muda Kalbar dalam mengekspresikan gagasan seni mereka, sekaligus memperkuat identitas budaya lokal di ruang publik.
Mural pemenang dinilai telah memenuhi unsur visual yang mencolok, kedalaman makna, dan keunikan tema yang merepresentasikan warisan budaya Dayak yang kian langka.
“Mural itu di ruang publik. Ketika orang lewat dan langsung tertegun, itu sudah berhasil,” tegas Puji. [SK]