Pontianak (Suara Landak) – Duka mendalam menyelimuti keluarga IQ, seorang remaja yang tinggal di kawasan Komyos Sudarso, Pontianak Barat. Pawai obor yang seharusnya menjadi momen kebersamaan dan keceriaan, justru menjadi pengalaman terakhir bagi IQ. Tak pernah terbesit di benak orang tuanya bahwa pawai pertama yang diikuti anak mereka akan menjadi yang terakhir.
IQ saat akan diautopsi untuk mengetahui penyebab meninggalnya korban usai dianiaya saat mengikuti pawai obor.SUARALANDAK/SK
Ibu korban, Syarifa Velia, menceritakan bahwa IQ adalah anak laki-laki satu-satunya. Saat mendengar kabar bahwa putranya mengalami luka-luka usai mengikuti pawai obor, ia segera bergegas menuju rumah sakit tempat IQ mendapatkan pertolongan pertama.
“Teman-temannya yang memberitahukan jika anak saya luka, namun tidak parah. Saat saya sampai di rumah sakit, hati saya hancur melihat kondisi anak saya yang terbaring dengan luka di kepala bagian belakang,” ujar Velia dengan suara bergetar, Minggu (2/3/2025).
Velia mengenang IQ sebagai sosok anak yang baik dan penurut. Ia tak pernah membantah saat dinasihati, dan selalu menghormati orang tua. Kenangan ini semakin memperberat duka yang dirasakan Velia atas kepergian putranya.
“Dia tidak pernah melawan, kalau saya menasihatinya, dia hanya diam. Itu yang membuat saya semakin sedih dan bertanya-tanya, mengapa anak saya bisa menjadi korban kekerasan seperti ini,” ungkapnya.
Hingga prosesi pemakaman selesai, Velia mengungkapkan bahwa tidak ada satu pun keluarga terduga pelaku yang datang untuk meminta maaf. Hal ini membuat dirinya menutup pintu damai terhadap mereka yang telah menganiaya putranya.
“Saya tidak akan memaafkan mereka. Anak saya sudah tiada, dan tidak ada satu pun dari keluarga pelaku yang datang untuk sekadar meminta maaf,” tegasnya.
Kasus ini masih dalam penyelidikan pihak berwenang, dan masyarakat berharap agar para pelaku segera ditindak tegas sesuai hukum yang berlaku.[SK]
