-->
    |

Streaming Radio Suara Landak

Melanjutkan Pendidikan di Masa Pandemi, Apa Untungnya?

Seorang wisudawan bersiap mengambil foto dengan toga di kampus Universitas Negeri San Diego yang terlihat lengang di tengah pandemi COVID-19, 13 Mei 2020. (Foto: dok)

Suara Landak
- Dilansir dari VOA, masa pandemi selama setahun lebih membuat sejumlah orang berpikir untuk mengisi waktu dengan kegiatan di luar rutinitas mereka, termasuk di antaranya melanjutkan pendidikan.

Dan sementara pandemi membuat kegiatan ekonomi masih lesu, peluang meningkatkan karier mungkin terbatas, alasan apa saja yang membuat mereka, terlebih yang berusia lanjut, menganggap melanjutkan sekolah berharga dan masih patut dilakukan? 

Pandemi global telah menyebabkan lembaga-lembaga pendidikan mengubah sistem belajar mengajarnya, dari semula tatap muka menjadi online. Ini justru menjadi faktor yang menarik minat sejumlah orang untuk kembali ke kelas, melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bukan hanya orang-orang muda, mereka yang berusia lebih dari separuh baya dan telah mapan dalam menapaki karier juga tertarik.

Bagi Sidharta Hariadi, mahasiswa program magister desain produk di Universitas Trisakti, Jakarta, masa pandemi ini merupakan kesempatan yang baik baginya untuk kembali ke kampus almamaternya.

“Satu, waktunya fleksibel, lebih fleksibel sekarang karena kuliahnya online. Kerja juga online, jadi waktu lebih gampang diatur. Kedua, memang karena sekarang ini sudah butuh refreshing, yang ada di kepala harus disegarkan kembali,” ungkapnya.

Direktur produksi di sebuah perusahaan advertising Jepang ini kembali ke kelas setelah hampir 30 tahun yang lalu ia lulus sarjana. Ia rupanya bukan satu-satunya mahasiswa ‘berumur’ di dalam kelasnya. Mereka yang sebaya dengannya itu memiliki latar belakang beragam, mulai dari dosen, kaum profesional hingga pengusaha.

Di AS sendiri, kembalinya orang-orang dewasa untuk mengejar gelar pendidikan di perguruan tinggi, ternyata semakin menjadi tren dalam beberapa tahun belakangan. Ini dikemukakan Laurie Quinn, wakil rektor bidang akademis di perguruan tinggi online "Champlain College" yang berbasis di Vermont, dalam artikelnya yang dimuat majalah Forbes.

Menurut Quinn, kembali ke bangku sekolah pada usia lanjut, di atas 50 tahun, menjadi pilihan yang semakin menarik, karena semakin banyak orang yang memilih untuk menunda pensiun, sementara lapangan kerja semakin kompetitif dan pergantian karier semakin umum terjadi. Namun, tulisnya, alasan yang juga sering dikemukakan orang-orang berusia lanjut itu untuk kembali ke sekolah selain ingin meniti karier baru adalah menciptakan tantangan baru dan mempelajari hal-hal baru, serta memenuhi keinginan yang telah lama dipendam. 

Ini mendekati pengalaman Lily Harlina, diaspora Indonesia yang tinggal tidak jauh dari Boston, Massachusetts. Berlatar belakang pandemi, yang membuat aktivitasnya terbatas, ia berpikir untuk melanjutkan pendidikan secara online. Ia pun mendaftarkan diri ke program doktoral di almamaternya, George Washington University, Washington DC. Berbeda dengan bidang yang ia tekuni sebelumnya, pemasaran dan pertambangan, kini ia memilih bidang kebijakan publik. 

Salah satu alasan untuk kembali ke bangku kuliah setelah meninggalkan kampusnya sekitar 20 tahun silam ini adalah, “Otak rasanya nggak jalan. Benar-benar hang rasanya,” katanya.

Tetapi Lily tidak bertujuan untuk meningkatkan kariernya. Pernah menjadi direktur anak perusahaan sebuah BUMN dan perusahaan-perusahaan lainnya, ia sekarang menjadi konsultan pertambangan. Bersekolah lagi baginya, “Untuk yang sudah berumur, kepuasan diri. Bukan untuk cari uang. Kalau saya sih inginnya, kalau umpamanya kerja, ya untuk mengajar,” imbuhnya.

Sidharta mengemukakan pernyataan senada dengan Lily. Pada orang-orang seusia mereka, gelar dan kenaikan gaji bukan tujuan lagi. Ia menjelaskan enuntut ilmu sekarang ini membuat hasil kerja menjadi lebih maksimal.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa masa pandemi sekarang ini merupakan saat yang ideal untuk menambah ilmu. Selain berlangsung online, misalnya, kuliah yang pada masa normal berlangsung 3 kali seminggu, kini dipadatkan hanya satu hari, pada akhir pekan. Menurut Sidharta, karena kebanyakan orang bekerja dari rumah, sekarang ini tidak ada bedanya antara hari libur, akhir pekan, atau hari kerja biasa. Juga menguntungkan, karena kata Lily, uang sekolahnya lebih murah.

Sejauh ini belum ada data lengkap mengenai seberapa besar kecenderungan minat untuk melanjutkan pendidikan tinggi di berbagai jenjang pada masa pandemi, baik di Amerika Serikat maupun di Indonesia. Namun beberapa laporan terpisah menunjukkan bahwa pandemi tidak menyurutkan keinginan orang untuk menambah ilmu, dengan mengikuti program gelar dan nongelar.

Menurut situs edsource.org, pada waktu kasus COVID-19 melonjak di AS, beberapa universitas di California justru melaporkan tentang kenaikan minat pelajar yang mendaftarkan diri sebagai mahasiswa.

Laporan lain disajikan oleh Coursera, yang bekerja sama dengan berbagai universitas terkemuka dan organisasi lainnya di seluruh dunia menawarkan kursus, program sertifikasi dan gelar dalam berbagai bidang secara online. Lembaga yang berdiri sejak 2012 ini juga terkenal karena banyak menggelar program yang bisa diikuti dengan gratis.

CEO Coursera Jeff Maggioncalda menyatakan tentang peningkatan permintaan yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Hingga pertengahan Maret lalu, jelasnya, lebih dari 21 juta orang belajar bersama Coursera, atau kenaikan 353 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu, pendaftaran ke berbagai kursus yang ditawarkan Coursera naik 444 persen.

Sumber : VOA

Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini